Menyibak Tabir Prostitusi Online di Makassar
1 min read
- Tulis Status Kata "Need"
Ia tidak pernah berpikir terjerumus dalam dunia prostitusi. Namun, tanggungjawab terhadap adik-adiknya memaksanya. Itu, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Melati (samaran, red) berusia 20 tahun. Berstatus mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta. Wanita berkulit kuning langsat ini pun mengaku baru sepekan terakhir ini "menjajakan tubuhnya".
"Saya terpaksa melakukannya. Siapa lagi yang dapat membiayai adik-adik saya. Belum lagi, saya harus membayar indekos,"bebernya dengan nada serius.
Sepekan terakhir ini, ia pun menawarkan kemolekan tubuhnya. Melati sudah beberapa kali pindah hotel. Dari hotel yang bertarif Rp400 hingga 700 ribu permalamnya. "Saya hanya menunggu di dalam kamar. Tamu yang mendatangi,"jelasnya, Minggu, 9 Juli.
Melati memanfaatkan media sosial (medsos) untuk menawarkan kemolekan tubuhnya. Ia hanya menuliskan status "need". Status di akun medsosnya itu pun menjadi isyarat untuk menggaet lelaki hidung belang. Jika harga cocok, Melati pun memberitahukan hotel tempatnya menginap.
"Yah, kebanyakan anak muda, tetapi ada juga orang tua,"ungkapnya sembari tertawa kecil saat ditemui makassarsiana di salah satu hotel di bilangan Jalan Pettarani, Kota Makassar.
Namun, dari lubuk yang terdalam, Melati punya keinginan agar dirinya dapat keluar dari belenggu prostitusi tersebut. "Saya ingin cepat menikah saja,"katanya. Dalam perbincangan itu, Melati blak-blakan. Ia kerap bercanda dan menceritakan kehidupan dirinya dan keluarganya.
Dengan langkah gontai, Melati pun mengantar makassarsiana keluar kamar hotel hingga ke depan lift. "Bye,"ucapnya singkat dengan wajah semringah. (*)
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.